Surabaya Fashion Pa¬rade dengan Tema L'ambience d'un Sarong

SURABAYA – Pada Hari Selasa, 25 Mei 2010 Sarung, bahan bermotif khas kotak-kotak atau garis-garis serta lekat dengan figur laki-laki, bisa ditransformasikan menjadi gaun nan indah. Bukti transformasi hasil kreasi 40 perancang busana Surabaya itu ditampilkan dalam Surabaya Fashion Parade (SFP) yang berlangsung mulai 25 May hingga 30 May 2010di atrium Tunjungan Plaza (TP) 3 Surabaya.

Setiap tahun even terbesar bagi pelaku dunia fashion Surabaya tersebut memilih satu bahan khas Indonesia untuk diolah menjadi busana. Sebelumnya, bahan batik dan tenun dieksplorasi. Tahun ini temanya L'ambience d'un Sarong yang artinya keanekaragaman sarung.

Menurut Dian Apriliana, promotion manager TP, sarung terpilih dengan pertimbangan banyak sentra penghasil sarung di sekitar Surabaya. Setiap perancang diberi waktu sekitar dua bulan untuk merancang busana yang akan diperagakan di acara hasil kerja sama TP dengan Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) Jawa Timur tersebut. "Kesulitannya ngepasin motif," kata Denny Djoewardi, ketua APPMI Jawa Timur, yang juga menyumbangkan delapan karyanya pada hari pertama SFP.

Menurut Denny, sehelai sarung berukuran sekitar 1 x 2 meter. Biasanya, sarung memiliki tumpal, motif khusus yang diletakkan di depan saat memakai sarung. "Kadang, motif sarungnya kita suka, tumpalnya enggak. Atau kebalikannya," katanya.

Belum lagi, salah satu bagian busana yang dirancang memiliki model lingkaran. Jumlah sarung yang dibutuhkan pun berlipat. Kemarin 11 anggota APPMI mendapat giliran unjuk karya. Setiap desainer membawa delapan busana. Sayang, tidak semua perancang menggunakan bahan sarung secara maksimal. Beberapa di antaranya memadukannya dengan bahan lain. Masalahnya, bahan lain tampak mendominasi sehingga bahan sarung yang dipakai kurang terlihat.

Selain fashion show, SFP yang memasuki tahun ketiga itu diisi model search yang berlangsung 28 Mei serta kompetisi Surabaya Fashion Designer pada hari berikutnya. Kompetisi rancang busana diikuti 127 peserta, mulai SMP, SMK, hingga masyarakat umum. Di antara jumlah itu, terpilih 40 finalis yang harus mewujudkan busana dengan kriteria 70 persen bahan yang digunakan adalah sarung.